Da Nang: Harapan bulu tangkis untuk mendulang emas nomor beregu putra di ASEAN Schools Games (ASG) 2024 Vietnam pupus. Kegagalan ini setelah tim bulu tangkis Indonesia di nomor beregu putra tumbang oleh tuan rumah Vietnam dalam partai final yang berlangsung di Tien Son Sports Complex, Da Nang, Selasa (4/6) sore.
Indonesia berhadapan dengan Vietnam setelah mengatasi perlawanan Thailand 3-1 di semifinal. Pertemuan kontra Vietnam di partai puncak merupakan kali kedua, setelah sebelumnya Indonesia menang 4-1 pada fase penyisihan.
Dalam pertemuan kembali dengan Vietnam ini Indonesia awalnya unggul melalui tunggal pertamanya Adriel Ferdinand Leonardo. Sempat tertinggal di set pertama 12-21 melawan Le Minh Son, Adriel berbalik unggul dan menang pada dua set berikutnya 21-7 dan 21-19.
Sayangnya dua tunggal putra Indonesia berikutnya yaitu Faisal Muhammad Fikri dan Afleta Jala Dara gagal menyumbang poin. Faisal takluk 9-21 dan 12-21 dari Tran Quoc Khanh, sementara Afleta mesti mengakui kehebatan Nguyen Van Mai yang memaksa pertandingan berakhir rubber set 15-21, 21-16, dan 16-21.
Ganda pertama Indonesia di final yaitu Moses Andar Simanjuntak dan Steven Simanjuntak pun dituntut meraih kemenangan saat melawan Nguyen Tat Duy Loi dan Tran Quoc Khanh. Sayang keduanya kalah dua set langsung 18-21 dan 12-21. Indonesia pun menderita kekalahan 1-3 dan mesti puas dengan medali perak.
Pelatih Hendro Santoso menyayangkan kegagalan anak asuhnya dalam mendulang emas di nomor beregu. Meski begitu dirinya mengapresiasi perjuangan Adriel dan kawan-kawan yang telah bermain bagus sejak babak penyisihan hingga final.
“Dari penyisihan sampai semifinal tadi pagi, mereka sudah menunjukkan kalau mereka bukan atlet kacangan,” ujar Hendro.
Menurutnya kegagalan tim beregu putra lebih dikarenakan faktor nonteknis, khususnya menghadapi Vietnam yang bertindak sebagai tuan rumah. Mental para pemain yang masih belia pun menjadi catatan untuk perbaikan ke depan.
“Secara teknis anak-anak tidak kalah. Tetapi secara mental memang mereka (Vietnam) karena sebagai tuan rumah lebih bagus untuk tim putranya. Jadi lebih ke kendala nonteknis,” sebut Hendro.
Dirinya pun mengakui para pebulu tangkis Indonesia kesulitan untuk keluar dari tekanan selama pertandingan. Apalagi dalam kondisi poin yang tertinggal, ditambah dukungan penuh masyarakat Vietnam yang menyaksikan langsung laga final.
“Ketika lawan menekan dengan suara, dengan teriakan, dengan suporter, mereka jadi tidak lepas mainnya, tidak seperti pada waktu tadi pagi bermain di semifinal,” terang Hendro.
Sementara itu Manajer Bulu Tangkis Indonesia di ASG 2024, Bambang Siswanto menambahkan, Vietnam melakukan perubahan strategi yang terbukti ampuh menekan Indonesia. Padahal sebelumnya mereka kalah 1-4 di babak penyisihan oleh Indonesia.
“Komposisi mereka saat final diubah, komposisi kita justru terbagi-bagi nomor keempat dan kelima. Mereka di final bermain rangkap, sedangkan di awal penyisihan tidak rangkap,” urai Bambang seraya mengamini bila kegagalan Indonesia lebih dikarenakan faktor keberuntungan dan juga psikologis.